KHUTBAH JUMAT
TIGA PERKARA YANG
MEMBINASAKAN
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tiga perkara yang
membinasakan seorang hamba. Beliau bersabda:
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ
: فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ
الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Tsalasun muhlikat ; Fasyuhhun Muthoo’un, wa hawan muttaba’un, wa I’jaabul mar’I binafsih.
“Tiga perkara yang
membinasakan; (1) kekikiran yang
ditaati, (2) hawa nafsu yang diikuti, (3)
‘ujub (bangga) dengan diri sendiri.” (HR Imam Atthabrani)
Tiga perkara ini hendaknya kita senantiasa untuk memeriksa apakah ada tiga perkara ini pada diri kita, saudaraku sekal
1. SYUHHUN MUTHOO’ (KEKIKIRAN YANG DIIKUTI)
Kekikiran atau pelit yang melilit hati akibat cinta dunia
yang berlebihan. Orang yang kikir hakikatnya dia tidak beriman akan balasan
Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila ia bersedekah/berinfaq.
Disebutkan dalam hadits bahwa setiap hari
dua malaikat turun, yang satu berkata:
اللَّهُمَّ
أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
Allahumma a’ti Munfiqon Kholafa
“Ya Allah, berikan ganti bagi orang yang berinfak.”
Yang satu
lagi berdoa:
اللَّهُمَّ
أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Allahumma a’ti Mumsikan Talafa
“Ya Allah binasakan harta orang yang pelit/Kikir.”
Dia tidak sadar
bahwasanya pelit itu hakikatnya merusak dan membinasakan hartanya.
Maka dari itulah berapa banyak orang-orang yang pelit kemudian mereka mudah terkena penyakit dengki (karena membandingkan harta yang dimiliki dengan yang lain, sehingga muncuncul kikir berbagi dan dengki). Berapa banyak orang-orang yang pelit bahkan sampai menumpahkan darah orang-orang yang ia dengki kepadanya.
Perkara pertama yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingatkan kepada ini,
SYUHHUN MUTHOO’ yaitu kekikiran yang ditaati. Seorang muslim yakin akan kehidupan akhirat. Seorang mukmin yakin bahwa kalau ia bersedekah, maka Allah pasti berkahi hartanya.
Oleh karena itu lihatlah para sahabat, mereka
berlomba-lomba untuk bersedekah. Bahkan ada orang yang tidak memiliki harta,
maka dia pergi ke pasar kemudian bekerja menjadi kuli di sana kemudian hasilnya
ia infaqkan dan sedekahkan.
Sedekah tidak mengurangi harta sama
sekali. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda demikian.
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
Maa naqosot sodaqotun min mal
Tidaklah sedekah mengurangi harta.” (HR. Tirmidzi)
Dan janji Allah bagi orang yang bersedekah/ berinfaq di jalan Allah, akan dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat bahkan lebih, sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surah Albaqarah ayat 261 ;
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍۢ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍۢ ۗ وَٱللَّهُ يُضَـٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.
2. hAWan MUTTABAA’ (HAWA NAFSU YANG DIIKUTI)
Yang kedua ini lebih berat lagi, saudaraku sekalian.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwasanya manusia yang paling
sesat di dunia adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya. Allah berfirman:
Allah berfirman:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ
Waman adhollu, mimmanit-taba’a hawaahu, bighoiri hudam-minallah
“Siapakah
yang paling sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya, tanpa petunjuk dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala?” (QS. Al-Qashash : 50)
Orang yang mengikuti hawa nafsu, walaupun ia memiliki ilmu yang banyak
tentang agama, ia tersesat jalan (mata-hati-pikitran tertutup). Lihatlah
bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang kisah Si Bal’am yang telah Allah
ajarkan kepadanya ayat-ayatNya namun ia terlepas dari ayat-ayat Allah, ia
tinggalkan ayat-ayat Allah demi untuk mendapatkan hawa nafsunya.
Ilmu yang banyak itu percuma dan tidak akan ada
manfaatnya apabila pelakunya senantiasa mengikuti hawa nafsu. Seorang yang
mengikuti hawa nafsu dan beragama sesuai dengan hawa nafsu, orang seperti ini
akan sulit kembali kepada kebenaran. Bahkan jika ditegakkan kepadanya 1000
dalil pun dia tidak akan pernah menerimanya. Karena yang ia ikuti adalah hawa
nafsunya.
Adanya
korupsi, prostitusi, illegal fishing, begal, pencurian, narkoba, dll. Itu
karena akibat adanya hawa nafsu yaang diikuti. Demi keuntungan pribadi atau
demi kepuasan hawa nafsu.
3. i'jaabul mar’i binafsih (UJUB dengan diri sendiri)
Seseorang merasa bangga dengan dirinya, bangga dengan hartanya, bangga
dengan motor dan mobilnya yang mewah, bangga rumahnya yang megah, bangga dengan
banyaknya amalan shalih.
Perkara ini adalah perkara yang membatalkan amala, bila ia merasa
‘ujub dengan amalan shalih. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَوْ لَمْ
تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ
Lau lam takuunuu tusnibuun,
khosyiitu ‘alaikum maa huwa akbaru min dzalik, al’ujb.
“Kalaulah kalian tidak berbuat dosa, maka aku
khawatir kalian ditimpa dengan perkara yang lebih berat dari dosa (yaitu)
merasa bangga dengan banyaknya ibadah.” (HR
Al-Baihaqi)
Ujub membatalkan amal, saudaraku sekalian. Seseorang yang ‘ujub
(bangga) dengan kendaraannya, dengan hartanya, dengan dirinya, ia terancam
diadzab dalam kuburnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
بيْنَما رَجُلٌ
يَمْشِي قدْ أعْجَبَتْهُ جُمَّتُهُ وبُرْداهُ، إذْ خُسِفَ به الأرْضُ
Bainamaa
rojulun yamsyii qod’ a’jabathu jummatuhu wa burdaahu,
Idz-husfa
bihil ardu
“ketika seseorang
berjalan dan ia merasa ‘ujub dengan
rambutnya yang bagus dan pakaiannya yang indah, tiba-tiba Allah tenggelamkan ia
ke dalam bumi.”
فَهو يَتَجَلْجَلُ إلى يَومِ القِيَامَةِ
fahuwa
yatajal-jalu ila yaumil qiyaamati
Dan ia terus diadzab sampai hari kiamat.”
Banyak di antara kita memiliki barang yang mewah, kita ‘ujub
dengan barang tersebut. Ada orang yang punya motor yang sangat mewah dan mahal,
kemudian ia mengendarainya dengan penuh rasa ‘ujub
dan kesombongan, hakikatnya benda itulah yang akan menjerumuskannya ia ke dalam
api neraka.
‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha pernah merasa bangga dengan
pakaian yang ia pakai, maka kemudian ‘Aisyah segera sadar, dibukanya pakaian
itu dan segera diinfakkan dijalan Allah.
Demikian Salafush Shalih, saudaraku. Seorang muslim tak
layak untuk merasa ‘ujub dan sombong dengan hartanya atau kelebihannya. Karena
sesungguhnya semua itu adalah pemberian dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar