Kamis, 26 Desember 2013

Strategi Belajar M.U.R.D.ER



Penerapan Strategi Belajar M.U.R.D.ER (Mood,  Understand, Recall, Digest, Expand, Review) Dalam Pembelajaran Matematika Di SMP

   Oleh

                                                    Hadi Kasmaja DS


         ABSTRAK
Pada hakekatnya belajar matematika adalah suatu kegiatan psikologis yaitu mempelajari atau mengkaji berbagai hubungan antara objek-objek dan struktur matematika serta berbagai hubungan antara struktur matematika melalui manipulasi simbol-simbol sehingga diperoleh pengetahuan baru. Interaksi belajar mengajar matematika  yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi  membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat  mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar Guru dituntut menggunakan srategi pembelajaran yang tepat. Pemilihan strategi pembelajaran dimaksud, hendaknya mampu menopang materi matematika yang akan diajarkan. Salah satu stragei pembelajaran  efektif dan efisien yang dapat diterapkan dikelas adalah strategi belajar “MURDER” Mood (Suasana Hati), Understand (Pemahaman), Recall (Pengulangan), Digest (Penelaahan), Expand (Pengembangan), Review (Pelajari Kembali).

Kata Kunci: Belajar, Pembelajaran Matematika, Strategi MURDER.
A. Pendahuluan
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan Peserta didik untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Tujuan Pendidikan Nasional, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, oleh karena itu perlu adanya pembenahan sistem pendidikan di Indonesia. Implikasinya tentu saja berpengaruh pada persoalan peningkatan kualitas, sarana dan prasarana pendidikan, serta kualitas guru (Ihsan Fuad 2003:115).
­­­­Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu system mutu pendidikan. Fasilitator yang pertama dan utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah guru.Guru adalah ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral. Guru harus mempunyai kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar. Sebagai pengajar, paling tidak guru harus menguasai bahan yang diajarkannya dan terampil dalam hal mengajarkannya. Guru juga harus memuwujdkan proses belajar mengajar yang efektif  dan efisien,agar pengajaran berjalan dengan baik. Pengajaran berjalan baik meliputi pengajaran siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri (Martinis Yamin dan Bansu 2009 : 9) Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar Guru dituntut menggunakan srategi pembelajaran yang tepat.
Pemilihan strategi pembelajaran dimaksud, hendaknya mampu menopang materi matematika yang akan diajarkan. Misalnya dalam materi teorema Pythagoras, dimana peserta didik cenderung mengalami kesulitan dalam memahaminya. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang kami lakukan di SMP Katolik Rajawali Makassar pada tanggal 13 November 2013 yang menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik tidak dapat menentukan hubungan sisi-sisi segitiga siku-siku, peserta didik juga tidak dapat menuliskan teorema Pythagoras dengan baik dari suatu segitiga siku-siku yang diberikan. Kebanyakan peserta didik hanya menghafal teorema Pythagoras yaitu AC^2=AB^2+BC^2 tanpa memperhatikan bentuk segitiga siku-siku atau huruf/simbol yang dipakai dalam segitiga siku-siku tersebut. Ini menunjukan bahwa peserta didik hanya hafal tetapi tidak memahami. Selain itu peserta didik juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Pembelajaran matematika seperti yang digambarkan tersebut jelas sudah tidak sesuai dengan proses pembelajaran yang diharapkan. Sseharusnya dalam proses pembelajaran matematika lebih banyak memberikan penekanan pada kemampuan pemecahaan masalah, pengembangan cara berfikir dan bernalar, dan mengkomunikasikan gagasan matematika pada berbagai konteks ilmu pengetahuan dan teknologi”.
Oleh karena adanya fakta bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi teorema Pythagoras, maka salah satu strategi pembelajaran yang dipandang cocok adalah strategi MURDER. Salah satu strategi pembelajaran yang merupakan inovasi baru dalam pembelajaran matematika dirasa oleh peneliti dapat diterapkan sebagai usaha untuk membantu peserta didik dalam memahami materi matematika terutama materi teorema Pythagoras. Strategi MURDER adalah salah satu strategi) yang memiliki langkah-langkah (tahapan-tahapan) sebagai berikut: Mood (Suasana Hati), Understand (Pemahaman), Recall (Pengulangan), Digest (Penelaahan), Expand (Pengembangan), Review (Pelajari Kembali)., Digest, Expand, Review (MURDER)
B.  Pengertian dan Makna Belajar
                 Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi atau pengertian dari belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut;
a.      Cronbach  memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
b.      Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
c.       Geoch, mengatakan: Learning is a change in formance as a result of practice.
Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkain kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik (Sardiman 2010:20).
             Selanjutnya R. Gagne (Djamarah 2002: 22) berpendapat bahwa “Belajar didefenisikan sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman”. Dalam belajar tujuan kegiatanya adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek dari orang yang belajar. Hilgard dan Marquis (Sagala 2003: 13) berpendapat bahwa “Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri”.
               Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan diri yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan sikap yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
C.  Pengertian Pembelajaran Matematika
             Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dimana pendidik membantu peserta didik dalam memproleh ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan moral. Dalam pembelajaran diperlukan kegiatan psikologis seperti mengabstrasikan dan mengaplikasikan merupakan kegiatan memahami cara pengelompokan objek atau situasi berdasarkan kesamaannya.
            Sagala (2003: 61) mengatakan bahwa “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Tim MKPBM (2001: 8) mengatakann bahwa “ Pembelajaran merupakan upaya menataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”.
            James dan James (Karso dkk 1993: 2) mengatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang berhubungan satu dengan lainnya, dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang,yaitu Aljabar,Geometri, dan Analisis”. Kline (Tim MKPBM 2001: 19) mengatakan bahwa “ Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematik itu terutama membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku peserta didik, yang membawa kepada pemahaman tentang ide–ide abstrak terorganisir secara sistematis.      
D.  Pengertian Strategi Belajar MURDER
Salah satu kegiatan selama proses belajar-mengajar adalah dengan meminta siswa untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu, baik yang dikerjakan secara mandiri maupun berkelompok. Seringkali siswa juga diminta membaca suatu topik guna menyusun suatu laporan singkat atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam suatu tes.
Agar dapat melakukan hal di atas diperlukan penerapan strategi-strategi belajar yang diterapkan mengacu pada perilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya termasuk proses memori atau mengingat dan metakognitif (LPI-Hidayatullah:2005).
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.Di hubungkan dengan belajar mengajar strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Ada empat strategi dasar dalam belajar menurut Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain (1996:120) yang meliputi hal- hal sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.    Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.    Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat memperoleh tujuan.
4.    Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.

Berangkat dari latar belakang masalah, untuk mengembangkan system belajar yang efektif dan efisien maka diterapkan strategi belajar MURDER yang di adaptasi dari buku karya Nelson L.M “Collborative Problem Solving”. (1999 : 91 – 114) merupakan gabungan dari beberapa kata yaitu sebagai berikut :
1.    Mood (Suasana Hati)
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakalah siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan.Ranah kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira, sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Ranah suasana hati umum juga memiliki dua skala, yaitu sebagai berikut:
a.    Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme berarti makna kemampuan melihat sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan.
b.    Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan (Hamzah B. Uno M. Pd 2006 : 82-83).
Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur-unsur kesehatan, kedua, melalui pengelolaan yang hidup dan bervariasi yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan (wina sanjaya 2006:132).
2.    Understand (Pemahaman)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui benar.Pemahaman dapat diartikan juga menguasai tertentu dengan pikiran, maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar.Memahami maksudnya, menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap mengajar.Pemahaman memiliki arti mendasar yang meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi, maka siswa dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal-hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur, siswa mulai memahami artinya dan implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan.
Perlu diingat bahwa pemahaman tidak hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar siswa dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian maka belajar itu bersifat mendasar. Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan.Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep (Tohirin 2006 :152).Tetapi dalam kenyataannya banyak para subyek belajar di sekolah-sekolah yang melupakan unsur-unsur komprehension atau memahami ini.
Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis, dengan ini diharapkan akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang, akan tetapi apabila subyek belajar betul-betul memahami materi yang disampaikan oleh gurunya, maka mereka akan siap memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar (Sardiman 1996:42-45). Ada tiga macam pemahaman yaitu:
a.    Pemahaman Terjemahan yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya misalnya memahami kalimat terbuka dan tertutup.
b.    Pemahaman Penafsiran, misal membedakan dua konsep yang berbeda.
c.    Pemahaman Ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat dibalik yang ditulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, dan memperluas wawasan.
Dalam memahami suatu materi, harus konsentrasi secara penuh terhadap materi tersebut dengan cara memahami tiap-tiap kalimat dan mencerna maksud dari kalimat tersebut. Bisa juga dengan membanyangkan secara langsung hal yang terjadi dalam kalimat tersebut dan hendaknya mengikuti secara runtun aliran suatu materi dengan seksama karena jika satu materi saja terlewat maka pada materi berikutnya kemungkinan besar akan sulit memahaminya.
3.    Recall (Pengulangan)
Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi kedalam ingatan jangka panjang.Ini dapat dilakukan dengan “mengikat” fakta kedalam ingatan visual, auditorial, atau fisik.Otak banyak memiliki perangkat ingatan.Semakin banyak perangkat (indera) yang dilibatkan, semakin baik pula sebuah informasi baru tercatat. Me-recall tidak hanya terhadap pengetahuan tentang fakta, tetapi juga mengingat akan konsep yang luas, generalisasi yang telah didistribusikan, definisi, metode dalam mendekati masalah. Me-recall, bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk membentuk atau menyusun kembali imformasi yang telah mereka terima (Syaiful Bahri Jamarah 2005:108).
Jika anda ingin membuktikan tentang pentingnya mengulang, lihat saja pengujian yang dilakukan terhadap anak usia lima belas tahun oleh peneliti Gates. Dia memberi mereka semua suku kata tak bermakna untuk dipelajari.Kata yang tidak makna pasti sulit dipelajari karena memang tidak memiliki arti. Inilah yang dia temukan, perhatikan bahwa setiap murid melewatkan jangka waktu yang sama persis untuk tugas belajar ini, hanya cara mereka melewatkan waktu itu yang berbeda.
% waktu membaca
% waktu mengulang
Rata-rata jumlah suku kata yang diingat
100%
0%
65
80%
20%
92
60%
40%
98
40%
60%
105
20%
80%
137
Waktu yang digunakan untuk mengulang setidaknya dapat melipat duakan daya ingat.Waktu yang ideal untuk mengulang yang sudah dipelajari adalah saat anda kembali ketopik tersebut setelah jeda. Penelitian lain menunjukkan peningkatan mengingat hanya 4x lipat. Orang yang tidak mengulang saat belajar senantiasa memasukkan informasi baru tersebut lepas. Itu membuat belajar sulit karena akan ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat digunakan untuk mengaitkan atau mengasusiasikan sejumlah informasi baru berikutnya(Colin Rose 1999 : 114-115).
Kegiatan mengulang ini bisa dilakukan setelah mendapatkan materi tersebut, dapat dilakukan pada waktu sepulang sekolah, waktu istirahat, dan diwaktu-waktu senggang lainnya. Pada kegiatan mengulang ini dapat dengan cara membaca ulang sesuai dengan materi yang telah diberikan, kemudian merangkumnya dengan bahasa sendiri yang mudah dipahami. Sehingga secara tidak langsung membaca sekaligus menghafal materi yang telah dipelajari.
4.    Digest (Penelaahan)
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah.Sedangkan, mata pelajaran itu sendiriadalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa
Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam system pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran (subject centeret teaching). Untuk dapat mengusai materi siswa tidak hanya berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya ada berbagai sumber yang bisa dijadikan sumber untuk memperoleh pengetahuan. Beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalamsetting proses belajar di dalam kelas diantaranya adalah:
a.    Manusia Sumber
Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak lainnya, film slide, foto, gambar, dan lain- lain.
b.    Berbagai Aktifitas dan Kegiatan
Yang dimaksud aktifitas adalah segala perbuatan yang disengaja dirancang guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan dan lain- lain.
c.    Lingkungan atau Setting
Adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar misalnya gedung sekolahan, perpustakaan, taman, laboratorium, kantin sekolahan dan lain- lain (Wina Sanjaya 2006:173-174).
5.    Expand (Pengembangan)
Pengembangan merupakan hasil kumulatif dari pada pembelajaran. Hasil dari proses pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa. Individu akan memperoleh perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, didasari dan sebagainya. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif,konatif dan motorik.
Perlu diingat ialah bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya hanya salah satu aspek saja.Beberapa pakar menyebutkan adanya beberapa jenis perilaku sebagai hasil pembelajaran.Benyamin Bloom menyebutkan ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Liindgren menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap (Mohammad Surya 2004 : 14)
6.    Review (Pelajari Kembali)
Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran setelah diberikan tafsiran.
Proses mengingat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi faktor individu, faktor sesuatu yang harus diingat, dan factor lingkungan. Dari individu, proses mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran. Maka dari itulah mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari merupakan usaha agar ingatan itu tidak mudah lepas.
E.  Langkah-Langkah dalam Strategi Belajar MURDER
Berdasarkan dari pengertian di atas mengenai strategi belajar MURDER,maka dalam pembahasan ini merupakan langkah- langkah penerapan strategibelajar MURDER adalah sebagai berikut:
1.    Langkah pertama berhubungan dengan suasana hati (Mood)adalah ciptakan suasana hati yang positif untuk belajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai dengan kepribadian siswa.
2.    Langkah kedua berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan pelajaran yang tidak dimengerti. Pusatkan perhatian pada matapelajaran tersebut atau ada baiknya melakukan bersama beberapakelompok latihan.
3.    Langkah ketiga berhubungan dengan pengulangan adalah setelahmempelajari satu bahan dalam suatu mata pelajaran, segeralah berhentiSetelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran itu dengan kata-katasiswa.
4.    Langkah keempat yang berhubungan dengan penelaahan adalah segerakembali pada bahan pelajaran yang tidak dimengerti. Carilah keteranganmengenai mata pelajaran itu dari artikel, buku teks atau sumber lainnya.Jika masih belum bisa, diskusikan dengan guru atau teman kelompok.
5.    Langkah kelima berhubungan dengan pengembangan adalah tanyakan pada diri sendiri mengenai tiga masalah di bawah ini, begitu selesai mempelajari satu mata pelajaran, yaitu:
1)   Andaikan bisa bertemu dengan penulis materi, pertanyaan atau kritik apa yang diajukan?
2)   Bagaimana bisa mengaplikasikan materi tersebut pada hal yang disukai?
3)   Bagaimana bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa lainnya?
6.    Langkah keenam yang berhubungan dengan review adalah pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari (M. Joko Susilo 2006:158).
F.   Tujuan Penerapan Strategi Belajar MURDER
Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotifasi diri mereka sendiri (Claire Weinstein dan Richard Meyer) dari pernyataan tersebut mereka mengajarkan bagaimana belajar merupakan tujuan pendidikan yang amat penting dan utama, namun tidak banyak para pendidik yang mampu mewujudkan tujuan ini. Untuk itu Norman dalam buku strategi-strategi belajar menghimbau agar dalam pembelajaran seorang guru lebih banyak mengajarkan bagaimana belajar.Alur berfikir Norman tersebut mengandung pengertian mendalam dan memberikan argumen kuat untuk pentingnya pengajaran strategi.
Untuk itu pengajaran strategi diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri, sehingga menjadi pembelajar mandiri yang dapat melakukan empat hal sebagai berikut:
1.      Secara cermat mendiagnose suatu situasi pembelajaran tertentu.
2.      Memilih suatu strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajar tertentu yang dihadapi.
3.      Memonitor keefektifan belajar tersebut.
4.      Termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah (Muhammad Nur 2004:5).
G. Penutup
              Untuk membantu mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika terkait materi tertentu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang sesuai. Salah satu strategi yang telah dipercaya dapat membangun pemahaman siswa dalam belajar adalah strategi MURDER (Mood,  Understand, Recall, Digest, Expand, Review). Hal ini senada dengan beberapa hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa penerapan strategi MURDER memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran matematika seperti pembelajaran phytagoras. Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan faktor penting. Guru memegang peran penting dalam mendorong kecepatan melalui suatu tingkatan. Tingkat berpikir yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang tepat, bukan melalui ceramah semata. Dengan demikian, pemilihan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tahap berpikir siswa mutlak diperlukan untuk membantu siswa mencapai tahap berpikir yang lebih tinggi.
Daftar Pustaka
Bahri, Syaiful Djamarah.Psikologi Belajar. Cek II;  Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
Fuad, Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan. Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
LPI-Hidayatullah, Strategi-Strategi Belajar, 2005
Nelsom, L.M. Collaborative Poblem Solving. Dalam Reigeluth, C.M. (Ed.) : Instructional – design theories and models : A new paradigm of instructional theory, volume 11. 91-114. Englewood cliffs, Nj : lawrence erlbaum Associates, publisher.1999.
Nur, Muhammad.Strategi-strategi Belajar.Surabaya: Unipress, 2004.
Rose, Colin. KUASAI Lebih Cepat. Bandung: Kaifa, 1999.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.  Jakarta: Kencana, 2010.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers,2010.
Surya, Mohammad.Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta: Pusataka Bani Quraisy, 2004
Susilo, M. Joko. Sukses dengan Gaya Belajar.Cek II;  Yogyakarta: Pinus, 2009.
Tohirin, Ms. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006.
Uno, Hamzah B.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006.
Yamin, Martinis dan Bansu I Ansari.Taktik  Mengembangkan Kemampuan individual Siswa.Cek : II; Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2009.
              . Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

.

Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat buat orang lain.

Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat buat orang lain.