Rabu, 01 Oktober 2014

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)



MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

A.  Landasan Filosofis Pembelajaran Langsung
Menurut Lihin (2014) pembelajaran langsung (direct instruction)dilandasi oleh teori behaviorisme dan teori belajar sosial. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori Behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, memposisikan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Sejalan dengan pandangan diatas, Santrock (2010:266) menyatakan bahwa behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung: anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, murid mengganggu murid lain, dan sebagainya. Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat pikiran, perasaan, dan motif secara langsung, semua itu adalah sesuatu yang riil. Proses mental antara lain pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengintrol perilakunya. Menurut behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini bukan subjek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semuanya itu tidak bisa diobservasi secara langsung.
Adapun kedudukan pendidik dalam kaitannya dengan teori pembelajaran langsung adalah menyajikan stimulus tertentu yang dapat membangkitkan respon peserta didik berupa hasil belajar yang diingingkan. Untuk mengatur proses stimulus-respon secara sistematis, bahan pelajaran harus dipilah-pilah menjadi butir-butir informasi lalu diurut secara tepat, dimulai dari yang sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Berdasarkan kedua teori tersebut, model pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Jika behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus respons, maka teori belajar sosial memiliki prinsip bahwa seseorang dapatbelajar melalui pengamatan perilaku orang lain (Lihin, 2014).
Menurut Trianto (2010:53-54) teori pembelajaran sosial memberikan penjelasan tentang peran pengamatan dalam pembelajaran. Teori ini menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan penekanannya pada proses mental internal. Teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura, seperti yang dikutip oleh Kardi dan Nur (2000:11) menyatakan bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modeling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah penting pelatihan pada peserta didik dalam melatihkan keterampilan proses.
Langkah-langkah modeling menurut Bandura terdiri dari fase atensi, fase retensi, fase produksi, dan fase motivasi yang dalam pelatihan dilaksanakan sebagai berikut:
·      Fase Atensi, (1) Guru sebagai model memberi contoh kegiatan tertentu (demonstrasi) di depan siswa sesuai dengan skenario yang telah disepakati. Peserta didik melakukan observasi terhadap keterampilan guru dalam melakukan kegiatan tersebut meggunakan lembar observasi yang telah disediakan; (2) Guru bersama peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. Tujuan diskusi ini adalah untuk mencari kekurangan dan kesulitan peserta didik dalam mengamati langkah-langkah kegiatan yang disampaikan oleh guru dan untuk melatih peserta didik dalam menggunakan lembar observasi.
·      Fase Retensi,diisi dengan kegaiatan guru menjelaskan struktur langkah-langkah kegiatannya (demonstrasi) yang telah diamati oleh peserta didik, untuk menunjukkan langkah-langkah tertentu yang telah disajikan.
·      Fase Produksi, pada fase ini peserta didik ditugasi untuk menyiapkan langkah-langkah kegiatannya (demonstrasi) sendiri sesuai dengan langkah-langkah yang telah dicontohkan, hanya dari sudut yang berbeda. Selanjutnya, hasil kegiatan disajikan dalam bentuk diskusi kelas yang dilakukan secara bergiliran. Guru dan peserta diskusi akan memberikan refleksi pada saat diskusi sesudah KBM berlangsung. Hal ini dilakukan bergantian terhadap kelompok yang lain.
·      Fase Motivasi, berupa presentasi hasil kegiatan (simulasi) dan kegiatan diskusi. Pada saat diskusi kelompok lain diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya. Di akhir, guru dan peserta didik akan menyimpulkan hasil kegiatan serta overview untuk memberikan justifikasi hasil kegiatan yang telah dilakukan.

B.  Istilah dan Pengertian Pembelajaran Langsung
Meski tidak ada sinonim dan resitasi yang berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung, tetapi istilah model pengajaran langsung sering disebut juga dengan model pengajaran aktif (active teaching moddel), training model, mastery teaching, dan explicit instruction.
Pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher center. Menurut Arends (Trianto, 2010:41), model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditunjukan pula untuk membantu siswa memepelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selngkah.
Adapun pembelajaran langsung menurut Suprijono (2012: 47)adalah pembelajaran dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.
Sedangkan pembelajaran langsung menurut Santrock (2010: 472) adalah pendekatan teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid. Fokus pembelajaran langsung adalah aktivitas akademik; materi non-akademik (seperti mainan, game dan teka-teki) cenderung tidak dipakai; interaksi murid-guru (seperti percakapan atau perhatian tentang diri atau pribadi) juga tidak begitu ditekankan.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran langsung adalah pembelajaran dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik untuk menunjang proses belajar siswa, dimana kegiatan belajar berfokus pada aktivitas akademik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah.

C.  Karakteristik Model Pembelajaran Langsung
Menurut Kardi & Nur (Trianto, 2010:42-43), karakteristik model pembelajaran langsung antara lain:
1.     Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
Model pembelajaran langsung lebih menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang pendidik kepada peserta didik, agar peserta didik dapat menguasai materi secara optimal. Dalam strategi pembelajaran ini peserta didik tidak dituntut untuk menemukan materi karena materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Pendidik secara langsung menyampaikan objek materi, sedangkan peserta didik dianggap hanya datang menerima materi secara langsung dari pendidik.
2.    Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Sintaks model pembelajaran langsung tersebut disajikan dalam 5 tahap, seperti tabel berikut:

Fase
Peran Guru
Fase I
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

3.    Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar.
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi diefinisikan secara seksama dandemonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2010:44) meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan oleh guru dan siswa, model ini tetap berpusat pada guru. Sisitem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
Kontrol dan arahan guru diberikan saat guru memilih dan mengarahkan tugas pembelajaran, menegaskan peran inti selama memberi instruksi, dan meminimalisir jumlah percakapan siswa yang tidak berorientasi akademik. Guru yang memiliki pengharapan besar pada siswa-siswanya serta concern dalam bidang tersebut akan berupaya menghasilkan kemajuan akademik yang istimewa serta perilaku kondusif demi terciptanya kemajuan dalam pendidikan. Mereka berharap lebih pada siswa, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.
Lingkungan pengajaran langsung adalah tempat dimana pembelajaran menjadi fokus utama dan tempat dimana siswa terlibat dalam tugas-tugas akademik dalam waktu tertentu dan mencapai rating kesuksesan yang tinggi. Iklim sosial dalam lingkungan ini harus diciptakan secara positif dan bebas dari pengaruh negatif (Joyce,2009: 422-423).
D.  Analisis TugasDengan Model Pembelajaran Langsung
Sebelum melakukan pembelajaran yang mengimplementasikan model pembelajaran langsung, guru harus selalu melakukan analisis tugas (task analysis). Analisis tugas memerlukan kecermatan seorang guru saat merencanakan model pembelajaran langsung.
Menurut Faiq (2013) analisis tugas adalah sebuah teknik yang harus dilakukan guru, di mana guru membagi-bagi suatu keterampilan yang kompleks menjadi komponen-komponen bagian, dengan demikian dapat diajarkan dengan pola sesuai urutan yang paling baik dan logis selangkah demi selangkah.
Menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2010:47) ide yang melatar belakangi analisis tugas ialah, bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurung waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan, keterampilan dan pengertian kompleks itu lebih dahulu harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.
Menurut Santrock (2010, 468) analisis tugas dapat melalui tiga langkah dasar:
1.     Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
2.    Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dan sebagainya.
3.    Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
Adapun menurut Faiq (2013) analisis tugas dengan model pembelajaran langsung dapat dilakukan dengan cara:
1.     Meminta penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan keterampilan kompleks itu, atau amati pada saat orang tersebut melakukan keterampilan tersebut. Bila guru sendiri juga menguasai keterampilan itu, maka tentu lebih mudah lagi. Guru tinggal melakukan keterampilan kompleks itu sendiri.
2.    Memecah-mecah keterampilan kompleks tersebut menjadi komponen-komponen bagian (keterampilan-keterampilan bagian).
3.    Menyusun keterampilan-keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis sehingga tampak jelas bahwa suatu keterampilan bagian akan menjadi keterampilan prasyarat bagi keterampilan balian yang lain.
4.    Menetapkan perencanaan strategi untuk mengajarkan atau mendemonstrasikan setiap keterampilan bagian tersebut, lalu mempersatukannya menjadi keterampilan kompleks yang utuh yang harus dipelajari siswa tersebut.

E.   KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Adapun kelebihan kekurangan dari model pembelajaran langsung, yang dipaparkan oleh Sudrajat (2012) sebagai berikut:
1.      Kelebihan Model Pembelajaran Langsung
·      Dengan model pembelajaran langsung, guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
·      Dapat diterapkan dalam kelas yang besar maupun kecil.
·      Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
·      Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
·      Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
·      Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
·      Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
·      Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
·      Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu.
·      Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
·      Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
·      Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

2.     Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
·      Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
·      Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
·      Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
·      Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
·      Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
·      Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
·      Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
·      Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
·      Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
·      Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
·      Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.



TUGAS   II
 
DESAIN PEMBELAJARAN

v Model           : Pembelajaran langsung
v Pendekatan    : Kontekstual
v Materi           : Penyajian data pada pokok bahasan statistika

Fase I : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa (±10 menit)
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
·       Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
·       Guru mengecek kehadiran siswa.
·       Guru memberitahu materi yang akan dipelajari saat itu.
·       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
·       Guru mengingatkan kembali tentang materi penyajian data pada kelas 6 dengan menanyakan bagaimanakah cara menyajikan data agar lebih mudah dibaca serta meminta siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami dari penyajian data dan menafsirkan data yang berbentuk diagram batang maupun lingkaran untuk menunjang materi yang akan dibahas.
·       Siswa diberi motivasi dengan menanyakan apa pengertian data dan apa itu statistika?
·      Menjawab salam dan berdo’a
·      Mendengarkan nama serta  penjelasan yang disampaikan oleh guru
·      Memberikan respons terhadap pertanyaan guru.
Fase II: Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
 (±30 menit)
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
·      Sebagai kegiatan pembuka guru  melakukan kegiatan berikut:
1.   Menanyakan kepada 10 orang siswa mengenai waktu belajar di rumah setiap harinya.
2.  Selanjutnya, jawaban dari kesepuluh siswa tersebut didaftar oleh guru dipapan tulis.
·      Dari kegiatan di atas guru bertanya kepada seluruh siswa:
1.     Siapakah yang waktu belajarnya paling lama?
2.    Siapakah yang waktu belajarnya paling singkat?
3.    Adakah siswa yang memilki waktu belajar yang sama? Jika ada, berapa siswa yang memiliki waktu belajar yang sama?
·      Selanjutnya guru menyajikan jawaban kesepuluh siswa tadi ke dalam tabel distribusi frekuensi.
·      Guru bertanya kepada siswa untuk membaca data yang telah disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian membandingkan, manakah yang lebih mudah untuk dibaca?
·      Memberikan penjelasan mengenai materi penyajian data dalam berbagai bentuk dan mengaitkannya dengan kegiatan pembuka yang dilaksanakan sebelumnya serta kasus-kasus serupa dalam kehidupan sehari-hari.
·      Meminta siswa agar memahami makna dari bacaan yang ada pada buku siswa yang telah dibagikan.
·      Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.
·      Memahami pertanyaan yang diberikan guru serta ikut terlibat aktif dalam kegiatan tersebut dengan mempresentasikan atau pun menuliskan hasil perhitungan dari kegiatan tersebut.
·      Memperhatikan penjelasan serta informasi yang disampaikan guru.
·      Membaca dengan seksama bacaan yang ada pada buku siswa.
·      Menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti
Fase III: Membimbing pelatihan  (±10 menit)
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
·       Membagi jumlah siswa ke dalam 4 kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 orang.
·       Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat itu. Yaitu:
1.   Tiap ketua kelompok mengambil alat yang akan digunakan dalam mengumpulkan dan menyajikan data.
2.  Guru meminta 2 kelompok untuk mengukur tinggi badan dan 2 kelompok untuk mengukur berat badan.
3.  Tiap kelompok mencatat hasil pengukuran setiap anggota dan menyajikan data tersebut ke dalam bentuk diagram garis dan diagram batang
4.  Siswa menyimpulkan informasi serta manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut.
·       Hasil yang diperoleh siswa dari kegiatan tersebut dimasukkan kedalam LKS.
·       Guru membimbing tiap-tiap kelompok dalam mengerjakan soal yang ada pada LKS dan meminta siswa untuk selalu berada dalam kelompok serta bekerja sama dengan yang lain.
·       Guru memantau jalannya kegiatan  siswa dan memberikan bantuan dan pengarahan secukupnya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
·       Guru memperhatikan dengan seksama kerjasama kelompok dengan berkeliling kelas.
·      Berada dalam kelompok yang telah ditentukan.
·      Memperhatikan penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada LKS.
·      Mengerjakan langkah-langkah kegiatan sesuai LKS bersama teman kelompok dengan saling bekerjasama.
·      Menyampaikan hal-hal yang menjadi kendala kepada guru
·      Menuliskan proses hasil penyajian datanya ke dalam LKS.
·      Mengecek kembali pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan mendiskusikannya bersama seluruh teman kelompok.
Fase IV: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
               (±20 menit)
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
·       Setelah mengerjakan LKS, setiap perwakilan kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan pekerjaanya dipapan tulis dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi.
·       Setelah kegiatan diskusi selesai dan memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok, guru merangkum butir-butir penting seluruh pembelajaran dengan menyakan kepada siswa apa saja yang telah dipelajarinya.


·      Mempresentasikan hasil pekerjaan
·      Mendengarkan atau menjawab tanggapan yang diberikan.
·      Merangkum butir-butir penting seluruh pembelajaran pada pertemuan tersebut.
Fase V: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan   (±10 menit)
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
·      Guru memberikan tugas rumah
·      Guru mengingatkan materi pada pertemuan berikutnya.
·      Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru.




Disusun oleh; St Nur Humairah, Andi Yunarni, and Nurhidayah



DAFTAR PUSTAKA

Faiq, Muhammad. 2013. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/04/perencanaan-model-pembelajaran-langsung.html. (Diakses pada tanggal 19 September 2014)

Joyce, Bruce,dkk. 2009. Models Of Teaching. Yogjakarta:Pustaka pelajar
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media group

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Jogjakarta: Pustaka Belajar

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media group






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat buat orang lain.

Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat buat orang lain.