MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
A. Landasan Filosofis Pembelajaran Langsung
Menurut Lihin (2014) pembelajaran
langsung (direct instruction)dilandasi
oleh teori behaviorisme dan teori belajar sosial. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori Behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, memposisikan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata.
Sejalan dengan pandangan diatas,
Santrock (2010:266) menyatakan bahwa behaviorisme adalah pandangan yang
menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat
diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah
segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung: anak membuat
poster, guru tersenyum pada anak, murid mengganggu murid lain, dan sebagainya.
Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif
yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Meskipun kita tidak
bisa melihat pikiran, perasaan, dan motif secara langsung, semua itu adalah
sesuatu yang riil. Proses mental antara lain pemikiran anak tentang cara
membuat poster, perasaan senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk
mengintrol perilakunya. Menurut behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini
bukan subjek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semuanya itu tidak bisa
diobservasi secara langsung.
Adapun kedudukan pendidik dalam
kaitannya dengan teori pembelajaran langsung adalah menyajikan stimulus
tertentu yang dapat membangkitkan respon peserta didik berupa hasil belajar
yang diingingkan. Untuk mengatur proses stimulus-respon secara sistematis,
bahan pelajaran harus dipilah-pilah menjadi butir-butir informasi lalu diurut
secara tepat, dimulai dari yang sederhana sampai kepada yang paling kompleks.
Berdasarkan kedua teori tersebut, model pembelajaran langsung menekankan
belajar sebagai perubahan perilaku. Jika behaviorisme menekankan belajar
sebagai proses stimulus respons, maka teori belajar sosial memiliki prinsip bahwa
seseorang dapatbelajar melalui pengamatan perilaku orang lain (Lihin, 2014).
Menurut Trianto (2010:53-54) teori
pembelajaran sosial memberikan penjelasan tentang peran pengamatan dalam
pembelajaran. Teori ini menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan
penekanannya pada proses mental internal. Teori pembelajaran sosial yang
dikembangkan oleh Albert Bandura, seperti yang dikutip oleh Kardi dan Nur
(2000:11) menyatakan bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan
secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori
pembelajaran sosial adalah pemodelan (modeling), dan pemodelan ini merupakan
salah satu langkah penting pelatihan pada peserta didik dalam melatihkan
keterampilan proses.
Langkah-langkah modeling menurut
Bandura terdiri dari fase atensi, fase retensi, fase produksi, dan fase
motivasi yang dalam pelatihan dilaksanakan sebagai berikut:
· Fase Atensi, (1) Guru sebagai model memberi contoh kegiatan tertentu
(demonstrasi) di depan siswa sesuai dengan skenario yang telah disepakati.
Peserta didik melakukan observasi terhadap keterampilan guru dalam melakukan
kegiatan tersebut meggunakan lembar observasi yang telah disediakan; (2) Guru
bersama peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan. Tujuan diskusi
ini adalah untuk mencari kekurangan dan kesulitan peserta didik dalam mengamati
langkah-langkah kegiatan yang disampaikan oleh guru dan untuk melatih peserta
didik dalam menggunakan lembar observasi.
· Fase Retensi,diisi dengan kegaiatan guru menjelaskan struktur
langkah-langkah kegiatannya (demonstrasi) yang telah diamati oleh peserta
didik, untuk menunjukkan langkah-langkah tertentu yang telah disajikan.
· Fase Produksi, pada fase ini peserta didik ditugasi untuk menyiapkan
langkah-langkah kegiatannya (demonstrasi) sendiri sesuai dengan langkah-langkah
yang telah dicontohkan, hanya dari sudut yang berbeda. Selanjutnya, hasil
kegiatan disajikan dalam bentuk diskusi kelas yang dilakukan secara bergiliran.
Guru dan peserta diskusi akan memberikan refleksi pada saat diskusi sesudah KBM
berlangsung. Hal ini dilakukan bergantian terhadap kelompok yang lain.
· Fase Motivasi, berupa presentasi hasil kegiatan (simulasi) dan kegiatan
diskusi. Pada saat diskusi kelompok lain diberi kesempatan untuk menyampaikan
hasil pengamatannya. Di akhir, guru dan peserta didik akan menyimpulkan hasil
kegiatan serta overview untuk
memberikan justifikasi hasil kegiatan yang telah dilakukan.
B. Istilah dan Pengertian Pembelajaran Langsung
Meski tidak ada sinonim dan resitasi
yang berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung, tetapi istilah model
pengajaran langsung sering disebut juga dengan model pengajaran aktif (active teaching moddel), training model, mastery teaching, dan explicit
instruction.
Pembelajaran langsung adalah suatu
model pembelajaran yang bersifat teacher
center. Menurut Arends (Trianto, 2010:41), model pembelajaran langsung
adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran
langsung ditunjukan pula untuk membantu siswa memepelajari keterampilan dasar
dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selngkah.
Adapun pembelajaran langsung menurut
Suprijono (2012: 47)adalah pembelajaran dimana guru terlibat aktif dalam
mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung
kepada seluruh kelas.
Sedangkan pembelajaran langsung menurut
Santrock (2010: 472) adalah pendekatan teacher-centered
yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru
yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid
untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh
negatif terhadap murid. Fokus pembelajaran langsung adalah aktivitas akademik;
materi non-akademik (seperti mainan, game dan teka-teki) cenderung tidak
dipakai; interaksi murid-guru (seperti percakapan atau perhatian tentang diri
atau pribadi) juga tidak begitu ditekankan.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran langsung adalah pembelajaran dimana guru terlibat aktif
dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik untuk menunjang proses belajar
siswa, dimana kegiatan belajar berfokus pada aktivitas akademik yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi
selangkah.
C. Karakteristik Model Pembelajaran Langsung
Menurut Kardi & Nur (Trianto, 2010:42-43),
karakteristik model pembelajaran langsung antara lain:
1.
Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh
model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.
Model pembelajaran langsung lebih
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang pendidik
kepada peserta didik, agar peserta didik dapat menguasai materi secara optimal.
Dalam strategi pembelajaran ini peserta didik tidak dituntut untuk menemukan
materi karena materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Pendidik secara langsung
menyampaikan objek materi, sedangkan peserta didik dianggap hanya datang
menerima materi secara langsung dari pendidik.
2.
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur
kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran langsung digunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Sintaks model pembelajaran langsung tersebut disajikan dalam 5 tahap, seperti
tabel berikut:
Fase
|
Peran Guru
|
Fase I
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa
untuk belajar
|
Fase 2
Mendemostrasikan
pengetahuan dan keterampilan
|
Guru
mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap
|
Fase 3
Membimbing
pelatihan
|
Guru
merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
|
Fase 4
Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
|
Fase 5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan
|
Guru
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari.
|
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar.
Pengajaran
langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari
pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail
keterampilan atau isi diefinisikan secara seksama dandemonstrasi serta jadwal
pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Menurut
Kardi dan Nur (Trianto, 2010:44) meskipun tujuan pembelajaran dapat
direncanakan oleh guru dan siswa, model ini tetap berpusat pada guru. Sisitem
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan
siswa. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa
humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan
tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
Kontrol dan arahan guru diberikan saat guru memilih
dan mengarahkan tugas pembelajaran, menegaskan peran inti selama memberi
instruksi, dan meminimalisir jumlah percakapan siswa yang tidak berorientasi
akademik. Guru yang memiliki pengharapan besar pada siswa-siswanya serta concern dalam bidang tersebut akan
berupaya menghasilkan kemajuan akademik yang istimewa serta perilaku kondusif
demi terciptanya kemajuan dalam pendidikan. Mereka berharap lebih pada siswa,
baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.
Lingkungan pengajaran langsung adalah tempat dimana
pembelajaran menjadi fokus utama dan tempat dimana siswa terlibat dalam
tugas-tugas akademik dalam waktu tertentu dan mencapai rating kesuksesan yang
tinggi. Iklim sosial dalam lingkungan ini harus diciptakan secara positif dan
bebas dari pengaruh negatif (Joyce,2009: 422-423).
D. Analisis TugasDengan
Model Pembelajaran Langsung
Sebelum
melakukan pembelajaran yang mengimplementasikan model pembelajaran langsung,
guru harus selalu melakukan analisis tugas (task
analysis). Analisis tugas memerlukan kecermatan seorang guru saat merencanakan
model pembelajaran langsung.
Menurut Faiq
(2013) analisis tugas adalah sebuah teknik yang harus dilakukan guru, di mana
guru membagi-bagi suatu keterampilan yang kompleks menjadi komponen-komponen
bagian, dengan demikian dapat diajarkan dengan pola sesuai urutan yang paling
baik dan logis selangkah demi selangkah.
Menurut
Kardi dan Nur (Trianto, 2010:47) ide yang melatar
belakangi analisis tugas ialah, bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks
tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurung waktu tertentu. Untuk
mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya penguasaan, keterampilan
dan pengertian kompleks itu lebih dahulu harus dibagi menjadi komponen bagian,
sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.
Menurut Santrock (2010, 468) analisis tugas dapat
melalui tiga langkah dasar:
1. Menentukan
keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
2. Mendaftar
materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil,
kalkulator, dan sebagainya.
3. Mendaftar
semua komponen tugas yang harus dilakukan.
Adapun menurut Faiq (2013) analisis tugas dengan
model pembelajaran langsung dapat dilakukan dengan cara:
1. Meminta
penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan keterampilan
kompleks itu, atau amati pada saat orang tersebut melakukan keterampilan
tersebut. Bila guru sendiri juga menguasai keterampilan itu, maka tentu lebih
mudah lagi. Guru tinggal melakukan keterampilan kompleks itu sendiri.
2. Memecah-mecah
keterampilan kompleks tersebut menjadi komponen-komponen bagian
(keterampilan-keterampilan bagian).
3. Menyusun
keterampilan-keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis sehingga
tampak jelas bahwa suatu keterampilan bagian akan menjadi keterampilan
prasyarat bagi keterampilan balian yang lain.
4. Menetapkan
perencanaan strategi untuk mengajarkan atau mendemonstrasikan setiap
keterampilan bagian tersebut, lalu mempersatukannya menjadi keterampilan
kompleks yang utuh yang harus dipelajari siswa tersebut.
E. KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN
Adapun
kelebihan kekurangan dari model pembelajaran langsung, yang dipaparkan oleh
Sudrajat (2012) sebagai berikut:
1. Kelebihan Model
Pembelajaran Langsung
· Dengan
model pembelajaran langsung, guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan
informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai
apa yang harus dicapai oleh siswa.
· Dapat
diterapkan dalam kelas yang besar maupun kecil.
· Dapat
digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
· Dapat
menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual
yang sangat terstruktur.
· Merupakan
cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan
yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
· Dapat
menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif
singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
· Ceramah
merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang
tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan
menafsirkan informasi.
· Secara
umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan
yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak
percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa
dan berpartisipasi dan dipermalukan.
· Model
pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam
bidang studi tertentu.
· Model
pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan
mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan
cara-cara ini.
· Ceramah
dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara
langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil
penelitian terkini.
· Model
pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru
dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
2. Kekurangan
Model Pembelajaran Langsung
·
Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan
siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam
hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
·
Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk
mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran
dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
·
Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk
terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial
dan interpersonal mereka.
·
Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini,
kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru
tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur,
siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka
akan terhambat.
·
Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat
struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi
karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
·
Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada
gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan
pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi
kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
·
Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci,
atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa
kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
·
Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang
guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat
dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk
mendebat cara pandang ini.
·
Jika model pembelajaran langsung tidak banyak
melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya
akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
·
Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran
langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua
yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab
mengenai pembelajaran mereka sendiri.
·
Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak
komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai
pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
TUGAS II
DESAIN PEMBELAJARAN
v Model : Pembelajaran langsung
v Pendekatan : Kontekstual
v Materi : Penyajian data pada pokok bahasan
statistika
Fase I : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa (±10
menit)
|
|||
Aktivitas
Guru
|
Aktivitas
Siswa
|
||
· Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam.
· Guru mengecek
kehadiran siswa.
· Guru memberitahu
materi yang akan dipelajari saat itu.
· Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran.
· Guru mengingatkan kembali tentang
materi penyajian data pada kelas 6 dengan menanyakan bagaimanakah cara
menyajikan data agar lebih mudah dibaca serta meminta siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum dipahami dari penyajian data dan menafsirkan data yang
berbentuk diagram batang maupun lingkaran untuk menunjang materi yang akan
dibahas.
· Siswa diberi
motivasi dengan menanyakan apa pengertian data
dan apa itu statistika?
|
· Menjawab
salam dan berdo’a
· Mendengarkan
nama serta penjelasan yang disampaikan
oleh guru
· Memberikan
respons terhadap pertanyaan guru.
|
||
Fase II: Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
(±30 menit)
|
|||
Aktivitas
Guru
|
Aktivitas
Siswa
|
||
· Sebagai
kegiatan pembuka guru melakukan
kegiatan berikut:
1.
Menanyakan kepada 10 orang siswa mengenai waktu belajar di
rumah setiap harinya.
2. Selanjutnya,
jawaban dari kesepuluh siswa tersebut didaftar oleh guru dipapan tulis.
· Dari
kegiatan di atas guru bertanya kepada seluruh siswa:
1.
Siapakah yang waktu belajarnya paling lama?
2.
Siapakah yang waktu belajarnya paling singkat?
3.
Adakah siswa yang memilki waktu belajar yang sama? Jika
ada, berapa siswa yang memiliki waktu belajar yang sama?
· Selanjutnya
guru menyajikan jawaban kesepuluh siswa tadi ke dalam tabel distribusi
frekuensi.
· Guru
bertanya kepada siswa untuk membaca data yang telah disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, kemudian membandingkan, manakah yang lebih mudah
untuk dibaca?
· Memberikan
penjelasan mengenai materi penyajian data dalam berbagai bentuk dan
mengaitkannya dengan kegiatan pembuka yang dilaksanakan sebelumnya serta
kasus-kasus serupa dalam kehidupan sehari-hari.
· Meminta
siswa agar memahami makna dari bacaan yang ada pada buku siswa yang telah
dibagikan.
· Memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.
|
· Memahami
pertanyaan yang diberikan guru serta ikut terlibat aktif dalam kegiatan
tersebut dengan mempresentasikan atau pun menuliskan hasil perhitungan dari
kegiatan tersebut.
· Memperhatikan
penjelasan serta informasi yang disampaikan guru.
· Membaca
dengan seksama bacaan yang ada pada buku siswa.
· Menanyakan
hal-hal yang kurang dimengerti
|
||
Fase III: Membimbing pelatihan (±10 menit)
|
|||
Aktivitas
Guru
|
Aktivitas
Siswa
|
||
· Membagi
jumlah siswa ke dalam 4 kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 orang.
· Guru
menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat itu. Yaitu:
1.
Tiap ketua kelompok mengambil alat yang akan digunakan
dalam mengumpulkan dan menyajikan data.
2. Guru
meminta 2 kelompok untuk mengukur tinggi badan dan 2 kelompok untuk mengukur
berat badan.
3. Tiap
kelompok mencatat hasil pengukuran setiap anggota dan menyajikan data
tersebut ke dalam bentuk diagram garis dan diagram batang
4. Siswa
menyimpulkan informasi serta manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan
tersebut.
· Hasil yang
diperoleh siswa dari kegiatan tersebut dimasukkan kedalam LKS.
· Guru
membimbing tiap-tiap kelompok dalam mengerjakan soal yang ada pada LKS dan
meminta siswa untuk selalu berada dalam kelompok serta bekerja sama dengan
yang lain.
· Guru
memantau jalannya kegiatan siswa dan
memberikan bantuan dan pengarahan secukupnya pada kelompok yang mengalami
kesulitan.
· Guru
memperhatikan dengan seksama kerjasama kelompok dengan berkeliling kelas.
|
· Berada
dalam kelompok yang telah ditentukan.
· Memperhatikan
penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada LKS.
· Mengerjakan
langkah-langkah kegiatan sesuai LKS bersama teman kelompok dengan saling
bekerjasama.
· Menyampaikan
hal-hal yang menjadi kendala kepada guru
· Menuliskan
proses hasil penyajian datanya ke dalam LKS.
· Mengecek
kembali pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan mendiskusikannya bersama
seluruh teman kelompok.
|
||
Fase IV: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
(±20
menit)
|
|||
Aktivitas
Guru
|
Aktivitas
Siswa
|
||
· Setelah
mengerjakan LKS, setiap perwakilan kelompok diberikan kesempatan untuk
mempresentasikan pekerjaanya dipapan tulis dan memberikan kesempatan kepada kelompok
lain untuk menanggapi.
· Setelah
kegiatan diskusi selesai dan memberikan penghargaan kepada masing-masing
kelompok, guru merangkum butir-butir penting seluruh pembelajaran dengan
menyakan kepada siswa apa saja yang telah dipelajarinya.
|
· Mempresentasikan
hasil pekerjaan
· Mendengarkan
atau menjawab tanggapan yang diberikan.
|
||
Fase V: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan (±10 menit)
|
|||
Aktivitas
Guru
|
Aktivitas
Siswa
|
||
· Guru
memberikan tugas rumah
· Guru
mengingatkan materi pada pertemuan berikutnya.
|
· Memperhatikan
informasi yang disampaikan oleh guru.
|
||
Disusun oleh; St Nur Humairah, Andi Yunarni, and Nurhidayah
DAFTAR
PUSTAKA
Faiq, Muhammad. 2013. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/04/perencanaan-model-pembelajaran-langsung.html.
(Diakses pada tanggal 19 September 2014)
Joyce, Bruce,dkk. 2009. Models Of Teaching. Yogjakarta:Pustaka
pelajar
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media group
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative
Learning. Jogjakarta: Pustaka Belajar
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar