Jumat, 10 Oktober 2014

Appa passala pasanna ammmatoa ri KAJANG “4 Pesan Ammatoa kajang Untuk masyarakat dunia”


Tabe... Anne alloa laku pillanggerang ngasekki, sallang mange riatinta, sallang mange riatinta ngaseng mulai battu ripala bangkenta lante ricappa ulunta antu tau malabbiriku, lakupallanteangki sinrili’na tau battua rikajang, pasang-pasangna ammatoa battu rikajang lakupallateang ngasekki, pasang-pasang erang kasalamakang lino na akhere’. Punna kijama appa pa’pisangkana pasang rikajang salama maki lino na akhera’.


Demikian prolog dari sebuah sinrili yang dibawakan oleh dua orang budayawan sul-sel asal bulukumba (andika mappasomba dan Arif Rahman) beberapa waktu lalu,. Sinrili merupakan salah satu bentuk sastra lisan, disampaikan sambil memainkan alat musik gesek, seperti pada biola. Alat musik itu dimainkan sambil duduk bersila lengkap dengan pakaian tradisional bagi sang pemainnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk semakin menguatkan nilai budaya dan adat yang ada pada sinrilli sehingga alunan nada menjadi harmoni. Benda ini terbuat dari kayu pohon nangka, kulit kambing, dan dibentangi tiga senar berbahan kuningan. Alat untuk menggesek dibuat dari ekor kuda. Senar dan ekor kuda yang saling bersentuhan menghasilkan bunyi mirip rebab. Selain sebagai hiburan, pesan moral yang disampaikan melalui sinrili ini begitu tinggi.

Sinrili yang dimainkan dua budayawan tersebut berisi 4 Pasang ri Kajang. Ungkapan Pasang rikajang sendiri terdiri dari tiga kata masing-masing “pasang”,“Ri”,“Kajang” yang mempunyai arti sendiri-sendiri, Pasang secara harfiah berarti pesan-pesan, wasiat atau amanat. Dengan demikian ungkapan tersebut dapat pula berarti message seperti dikenal dalam ungkapan bahasa inggris, dan seperti pula istilah risalah yang dikenal dalam kamus bahasa arab. Sebab ungkapan tersebut – message dan risalah –masing masing berarti, pesan, warta, amanat atau wasiat. kata”Ri” itu sendiri merupakan kata perangkai yang menunjukkan tempat, artinya”di”.sedang kata kajang adalah nama suku yang terdapat di kabupaten bulukumba, dimana mayoritas penduduknya berpakaian serba hitam. Jadi secara harfiah ungkapan pasangrikajang berarti pesan-pesan dikajang. Sedangkan dari segi makna mengandung pengertian sebagai nasehat atau wasiat dapat pula tuntunan atau amanah dan juga dapat berari renungan atau ramalan. Selain itu pula berarti peringatan dari ammatoa di kajang.

Ammotoa merupakan pemimpin tertinggi di dalam Komunitas Adat Kajang. Istilah Ammatoa adalah bahasa Konjo yang mempunyai dua pengertian. Amma artinya bapak, dan toa berarti tua. Ammatoa berarti Bapak Tua. Pengertian bapak disini, bukan dalam arti biologis, tetapi adalah pengertian pemimpin atau kepala. Jadi Ammatoa berarti Bapak Tua atau Bapak yang dituakan, atau pemimpin. Ammatoa bukan nama diri, tetapi gelar atau jabatan.

Mengutip prolog diatas isinkan saya mengucapkan penghormatan kepada pembaca yang budiman untuk menyampaikan pasanna ammatoa rikajang, pesan yang akan membawa anda pada kesalamatan. Pesan ini disampaikan dalam bahasa konjo, bahasa asli masyarakat suku kajang, juga di pake secara luas oleh masyarakat yang berdomisili di bagian timur kab. Bulukumba.
Adapun 4 pesan ammatoa yang dimaksud adalah buakkang mata, pangsulu sarra, palampa lima, na angka’ bangkeng, hal tersebut diyakini oleh ammatoa akan memberikan kesalamatan dunia akherat.
  1. Passala maka se’rea iamintu Buakkang Matannu
Buakkang Matannu paralu nikatu-tui, buakkang matayya mintu punna sangnging kaitteki barangna tauwwa, kaitte-itteki barang-barang tala kullea niuppa, barang-barang nutala kullea lanihalli, barang-barang nusangnging nikacinnaiyya riati, iyaminjo annyeksa ati punna tala kulle niuppa
Pesan pertama ini menjelaskan hakekat dari pandangan mata, ammatoa mengajarkan setiap orang untuk menjaga pandangan, tidak boleh asal dalam memandang sesuatu. Melihat suatu benda yang dimiliki orang lain dan ada keinginan untuk memlikinya padahal secara ekonomi kita tidak mampu tentu akan menyiksa hati.
  1. Passala maka ruayya iamintu Passulu sa’rannu
“ appasulu sa’ranta nakana baji2 aji laki pangsulu, teaki kapau-paui, parallu nijaga battu ribabata nasaba babata kulle tong angngerang ka panrakang.
pesan ini menganjurkan manusia untuk menjaga ucapannya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan, tidak asal omong, karena ucapan mudah sekali dikeluarkan, jika kita tidak bisa mengendalikannya, maka dengan mudah diri kita akan terjerumus kepada sesuatu yang memalukan bahkan tubuh bisa binasah karenanya. Kemampuan berucap atau berbicara adalah salah satu kelebihan yang Tuhan berikan kepada manusia, untuk berkomunikasi dan menyampaikan keinginan-keinginannya dengan sesama manusia. Sehingga Kualitas iman dan pendidikan seseorang dapat dinilai dari ucapannya. Agar kemampuan berbicara menjadi bermakna dan bernilai ibadah, dalam islam Allah SWT menyerukan umat manusia untuk berkata baik dan menghindari perkataan buruk. Allah SWT berfirman : “Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” QS. 17: 53
  1. Passala maka tallua iamintu Palampa limannu
“palamma limanta parallu ni rikatutui kaddeka anre nassitimbang ato tala singhattala ato anre na adele” “punna anre na adela passareta mange riparanta tau/anre na sillompo-lompo, kunjo mi biasa balaya labattu rikalenta nasaba a’marrisi hatinna tau ri serrea nampa nganrangmi pole rise’rea kala sisala-salami tawwa. Nakua todo ammayya rikajang; ripalamma limayya Tala ma’ring/tala kulle tawwa a’gau ammanraki lino.
Pesan ketiga ini menjelaskan tentang apa yang kita keluarkan atau berikan dari tangan kita seharusnya seimbang/adil dengan apa yang orang lakukan, sebagai contoh seorang pengusaha diharuskan memberikan upah yang pantas sesuaibeban kerja karyawannya, karena jika tidak tentu akan terjadi perselisihan begitupan seorang dosen atau guru harus menuliskan nilai sesuai kemampuan siswanya dsb, Pasang ini lebih lanjut mengajak tangan-tangan manusia untuk memeliharalah bumi beserta isinya, begitupun langit, manusia maupun hutan dan melarang keras untuk merusaknya. Menurut Kaimuddin Salle, amanah berdasarkan Pasang ini diemban oleh Ammatoa pertama sampai Ammatoa sekarang bersama seluruh warga (komunitasnya). Hal ini dapat dipandang sebagai filosofi hidup mereka yang mewawas langit, bumi, manusia dan hutan. Komunitas Ammatoa yakin bahwa bumi, langit, manusia dan hutan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam satu ekosistem. Oleh karena keempat unsur tersebut berada dalam satu sistem, maka manusia harus menjaga keseimbangannya. Untuk mewujudkan itu semua, seluruh warga masyarakat (termasuk Ammatoa dan pemuka adat lainnya) harus berada dalam sistem tersebut. Ini berarti bahwa kewajiban menjaga keseimbangan ekosistem bumi, langit, manusia dan lingkungan (hutan) adalah merupakan tanggung jawab bersama, tanggung jawab seluruh masyarakat dunia.
  1. Passala maka ampa’ka iamintu Angka’ bangkengnu
“injo nikuayya angka’ bangkeng ana’; nierang tubuh na nyawata mange rikabajikang, lampa jaki lampa padakkai   bangkengta punna nu kabajikangji lakimangei, punna salah antu anrekmo kisalama, Angkat bangkengnu parallu tongi rijaka.” 
Pesan ammotoa tersebut menganjurkan manusia untuk melangkahkan kaki hanya ketempat-tempat kebaikan, karena tidak ada keselamatan bagi orang-orang yang salah melangkah. Hak kaki atas dirimu adalah engkau tidak melangkahkan kaki ke tempat yang tidak layak bagimu. Jangan jadikan kaki tunggangan untuk bergerak ke arah yang membuatmu terhina. Kaki adalah organ tubuh yang memikul dirimu maka sudah seharusnya engkau menggunakannya untuk kepentingan dan pekerjaan yang baik."
Iya mi injo sumpae appa passala lalanna pasang rikajang na pallante ammayya mange ri sibatu lino, na pallante ammayya mange ritau ta’balayya,na pallenta ammatoa rikajang, kajang tana toa kajang tana pa’rasangang kamase-mase, Punna sallang rie pale salah paungku ki pammopporang mami’a.

Demikianlah pesan ammatoa rikajang, kajang tana toa, tana pa’rasangang kamase-mase..


Rabu, 01 Oktober 2014

Pembelajaran Van Hiele


PENERAPAN PEMBELAJARAN VAN HIELE PADA MATERI GEOMETRI DI SEKOLAH DASAR

Oleh

Hadi Kasmaja DS1
                 Andi Yunarni2
                 Yusuf Hidayat3
 






ABSTRAK


Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika sekolah, karena banyaknya konsep yang termuat di dalamnya dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain, namun bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi geometri. Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar geometri tersebut, cara yang dapat ditempuh adalah penerapan teori van Hiele.

Kata Kunci: pembelajaran, geometri, teori van Hiele.
A. Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, dan lain-lain. Oleh karena itu, matematika sebagai salah satu ilmu dasar memiliki peranan penting dalam mencerdaskan siswa karena dapat menumbuhkan kemampuan penalaran yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan ilmu dan teknologi.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah matematika dibagi atas beberapa sub pelajaran, diantaranya sub mata pelajaran geometri. Peranan geometri dalam pelajaran matematika sangat kuat, bukan saja geometri hanya membina proses berpikir akan tetapi juga sangat mempengaruhi materi pelajaran lain dalam matematika. Namun pelajaran geometri termasuk pelajaran matematika yang sulit dan kurang disenangi oleh siswa sehingga hasil tes geometri siswa kurang memuaskan jika dibandingkan dengan materi matematika yang lain, hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan didalam memahami konsep-konsep geometri.
Untuk menyelesaikan masalah pelajaran dalam geometri, maka siswa harus terlebih dahulu memahami konsep atau sifat-sifat dari geometri sehingga mudah dipahami dan tidak terjadi kesalahan. Agar konsep-konsep geometri dapat dipahami siswa secara benar maka dapat dimanfaatkan hasil penelitian Van Hiele (seorang guru bangsa Belanda) yaitu mengenai tahap-tahap pemahaman siswa dalam geometri.
Dengan melihat kedudukan matematika dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi, maka terdapat banyak cara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efesien, sehingga anak didik diharapkan dapat menguasai konsep-konsep dan aturan-aturan dari materi serta mampu menghubungkan materi yang baru diterimanya dengan apa yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengkaji penerapan teori belajar Van Hiele dalam pembelajaran geometri.
B.  Pengertian dan Makna Belajar
            Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi atau pengertian dari belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut;
a.      Cronbach  memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
b.      Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
c.       Geoch, mengatakan: Learning is a change in formance as a result of practice.
Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkain kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik (Sardiman 2010:20).
            Selanjutnya R. Gagne (Djamarah 2002: 22) berpendapat bahwa “Belajar didefenisikan sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman”. Dalam belajar tujuan kegiatanya adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek dari orang yang belajar. Hilgard dan Marquis (Sagala 2003: 13) berpendapat bahwa “Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri”.
            Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan diri yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan sikap yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

C.  Pengertian Pembelajaran Matematika
            Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dimana pendidik membantu peserta didik dalam memproleh ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan moral. Dalam pembelajaran diperlukan kegiatan psikologis seperti mengabstrasikan dan mengaplikasikan merupakan kegiatan memahami cara pengelompokan objek atau situasi berdasarkan kesamaannya.
            Sagala (2003: 61) mengatakan bahwa “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Tim MKPBM (2001: 8) mengatakann bahwa “ Pembelajaran merupakan upaya menataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”.
            James dan James (Karso dkk 1993: 2) mengatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang berhubungan satu dengan lainnya, dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang,yaitu Aljabar,Geometri, dan Analisis”. Kline (Tim MKPBM 2001: 19) mengatakan bahwa “ Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematik itu terutama membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku peserta didik, yang membawa kepada pemahaman tentang ide–ide abstrak terorganisir secara sistematis.      
D.  Model Pembelajaran
            Model pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran yang digunakan sebagai salah satu sarana untuk membantu proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih mudah dan lebih efektif melalui langkah-langkah yang tepat bagi guru untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran mempunyai cirri-ciri yang tidak di punyai oleh strategi maupun metode pembelajaran. Ada empat cirri khusus model pembelajaran yaitu (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
            Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Kokom Komalasari 2010:57). Model pembelajaran harus dipahami guru sehingga mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Penerapannya pun harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, cara penerapan, dan cirri yang berbeda-beda. Model pembelajaran menurut Dahlan dalam Isjoni (2011 : 49), dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk kepada pengajar kelas.
            Berdasarkan uraian tersebut, maka model pembelajaran yang digunakan dalam masalah ini adalah model pembelajaran Van Hiele. Model ini digunakan untuk membantu proses pembelajaran secara efektif sehingga keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran (hasil belajar) dapat tercapai.
E.       Model Pembelajaran Van Hiele
            Model pembelajaran Van Hiele merupakan model yang didasarkan pada teori belajar Van Hiele dalam mata pelajaran matematika, khususnya geometri. Teori belajar matematika ini dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre Van Hiele dan isterinya yaitu Dian Van Hiele-Geldo yang mengajukan suatu teori mengenai proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri pada tahun 1957 samapi 1959. Van Hiele mengemukakan bahwa ada tiga unsure utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode pengajaran yang diterapkan. Bila ketiganya ditata secara terpadu dapat berakibat pada meningkatnya kemampuan berpikir peserta didik kepada tahap yang lebih tinggi.
            Dalam memahami geometri terdapat lima tahapan yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan akurasi. Penjabaran lima tahapan pemahaman geometri tersebut adalah:
1.      Tahap Pengenalan
Pada tingkat ini, siswa memandang bangun geometri sebagai suatu keseluruhan.Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan sifat-sifat dari masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama suatu bangun, siswa belum mengamati cirri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu suatu bangun bernama persegi panjang, tetapi ia belum menyadari sifat-sifat dari bangun persegi panjang tersebut. Jadi guru harus memahami karakter anak pada tahap pengenalan, anak belum mampu diajarkan sifat-sifat bangun geometri tersebut, karena anak ana menerimanya melalui hafalan bukan dengan pengertian.
2.      Tahap Analisis
Bila pada tahap pengenalan anak belum mengenal sifat-sifat dari bangun geometri, tidak demikian pada tahap analisis. Pada tahap ini anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun geometri. Pada tahap ini anak sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri, seperti sebuah persegi banyak sisinya ada 4 buah. Anak pada tahap analisi belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.
3.      Tahap pengurutan
Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih mengingkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya, maka pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri yang lainnya. Anak yang berada pada tahap ini sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya persegi adalah persegi panjang sebab mempunyai semua sifat persegi panjang, karena persegi juga memiliki cirri-ciri persegi panjang.
4.      Tahap Deduksi
Pada tahap ini anak sudah mampu memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif. Pengambilan kesimpulan secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum ke khusus. Sebagai contoh untuk menentukan bahwa jumlah sudut segitiga dari bangun persegi panjang. Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsure-unsur yang tidak didefinisikan.
5.      Tahap Akurasi
Pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, anak pada tahap ini sudah mengetahui dalil yang mendasari bahwa jumlah sudut-sudut segitiga adalah 180 derajat. Tahap akurasi merupakan gtahap tertinggi dalam memahami geometri.
Siswa dalam mempelajari geometri akan memahami secara efektif apabila pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa atau kemampuan berpikir kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan Jean Peaget dalam teori perkembangan kognitif mental anak atau teori tingkat perkembangan berpikir anak, bahwa periode operasional formal dimulai dari usia dua belas tahun sampai dewasa. Sesuai hal tersebur berarti siswa sekolah dasar menempati periode operasional konkret. Tahapan Van Hiele menuntut bahwa tingkat yang lebih tinggi tidak langsung menurut pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Anak-anak sendiri yang akan menentukan kapan saatnya untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Meskipun demikiann, siswa tidak akan mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, muncul model pembelajaran Van Hiele yang ditetapkan dalam fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan itu. Fase-fase pembelajarab tersebut adalah fase inkuiri (informasi), fase orientasi berarah, fase uraian, fase orientasi bebas dan fase integrasi.
1.      Fase Inkuiri (Informasi).
Dengan Tanya jawab antara guru dengan siswa, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan yang dirancang secermat mungkin agar siswa dapat menyatakan kaitan-kaitan konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan diarahkan pada konsep yang telah dimiliki siswa.Informasi dari Tanya jawab tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan interpretasi atas konsepsi-konsepsi awal siswa untuk memberikan materi selanjutnya, dipihak siswa, siswa mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan yang menemukan, apapun materi yang diajarkannya siklus inkuiri secara umum terdiri dari; proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis, observasi, mengajukan dugaan, bertanya, mengumpulkan data, dan menyimpulkan (Sofan Amri 2010:29).
2.      Fase Orientasi berarah
Sebagai refleksi dari fase 1, siswa meneleliti materi pelajaran melalui bahan ajar yang ditancang guru. Guru mengarahkan siswa untuk meneliti objek-objek yang dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus siswa. Misalnya guru meminta siswa mengamati bangun-bangun geometris yang ada disekitarnya yang berbentuk segi empat. Siswa diminta mengelompokkan jenis segiempat, sesuai dengan jenisnya. Aktivitas belajar ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif mengeksplorasi sifat-sifat bangun yang dipelajari. Fase ini bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing eksplorasi siswa sehingga menemukan konsep-konsep khusus daribangun-bangun geometri.
3.      Fase Uraian.
Pada fase ini, siswa diberi motivasi untuk mengemukakan pengalamannya tentang struktur bangun yang diamati menggunakan bahasa sendiri. Sejauh mana pengalamannya bisa diungkapkan, mengekspresikan dan merubah atau menghapus pengetahuan intuitif siswa yang tidak sesuai dengan struktur bangun yang diamati. Pada fase pembelajaran ini, guru membawa onjek-objek ke tahap pemahaman melalui diskusi antar siswa dalam menggunakan ketepatan bahasa dengan menyatakan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun-bangun yang dipelajari.
4.      Fase Orientasi bebas
Pada fase ini siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih kompleks. Siswa ditantang dengan situasi masalah kompleks. Siswa diarahkan untuk belajar memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri sehingga siswa akan semakin jelas melihat hubungan-hubungan antar sifat-sifat suatu bangun. Jadi siswa ditantang untuk mengelaborasi sintesis dari penggunaan konsep-konsep dan relasi-relasi yang telah dipahami sebelumnya
5.      Fase integrasi
Padafase ini, guru merancang pembelajaran agar siswa membuat ringkasan tenatng kegiatan yang sudah dipelajari. Tujuan kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didisusikan. Peran guru adalah membantu penginterpretasian pengetahuan siswa dengan meminta membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri siswa, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur matematika.
F.   Manfaat teori belajar Van Hiele
            Bansu Ansari (2009: 39) mengemukakan bahwa teori yang diterapkan Van Hiele lebih kecil ruang lingkupnya dibandingkan dengan teori belajar yang lainnya karena Van Hiele hanya mengkhususkan pada pembelajaran geometri. Namun demikian terdapat beberapa hal yang dapat diambil manfaat teori belajar Van Hiele yaitu :
a.       Guru dapat mengambil manfaat dari tahap-tahap perkebangan kognitif siswa di SD, dalam hal ini guru dapat mengetahui mengapa seorang siswa tidak memahami bahwa persegi itu merupakan persegipanjang karena siswa tersebut tahap berpikirnya masi berada pada tahap analisis kebawah dan belum sampai pada tahap pengurutan.    
b.      Agar siswa dapat memahami geometri maka pengajarannya harus disesuaikan dengan tahap berpikir siswa, sehingga jangan sekali-kali memberikan pelajaran yang berada diatas tahap berpikirnya.
c.       Agar topik pelajaran pada materi geometri dapat dipahami siswa dengan baik, maka topik pelajaran tersebut dapat dipelajari berdasarkan urutan tingkat kesukarannya dan dimulai dari tingkat yang paling mudah sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks.
G. Penutup
            Untuk membantu mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari geometri diperlukan suatu strategi, metode dan bahkan teori pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode yang telah dipercaya dapat membangun pemahaman siswa dalam belajar geometri adalah penerapan teori van Hiele. Hal ini senada dengan beberapa hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri. Suatu karakteristik tingkat berpikir van Hiele adalah bahwa kecepatan untuk berpindah dari suatu tingkat ke tingkat berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas dalam pembelajaran. Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan faktor penting. Guru memegang peran penting dalam mendorong kecepatan melalui suatu tingkatan. Tingkat berpikir yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang tepat, bukan melalui ceramah semata. Dengan demikian, pemilihan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tahap berpikir siswa mutlak diperlukan untuk membantu siswa mencapai tahap berpikir yang lebih tinggi.

Daftar Rujukan
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi.2010.Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka
Anne, T.. 1999. The van Hiele Models of Geometric Thought. (Online) (Http://euler.slu.edu/teach_material/van_hiele_model_of_geometry.html, diakses 22 September 2013).
Bekti, susilo.1999. Kegiatan mengajar belajar berpandu pada model van hiele untuk meningkatkan tahap berpikir siswa dari tahap visualisasi ke analitik. Makalah tidak tidak dipublikasikan. PPs IKIP Surabaya
Burger, W.F. & Shaughnessy, J.M.. 1986. Characterizing the van Hiele Levels of Development in Geometry. Journal for Research in Mathematics Education. 17(I):31-4.
Crowly, L. Mary. 1987. The Van Hiele Model of The Development of Geometric Thought.  Learning and Teaching Geometry. K-12. pp. 1 – 16. NCTM, USA.
Gutierrez, A., Jaime, A. dan Fortuny, J.M.. 1991. An Alternative Paradigm to Evaluate The Acquisition of The van Hiele Levels. Journal for Research in Mathematics Education. 22 (3): 237-257.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung : PT Refika Aditama.
Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.




Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat buat orang lain.

Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat buat orang lain.